Mengunjungi Kota Mamuju sudah kesekian kalinya
buat saya, yang merupakan Ibukota dari Provinsi Sulawesi Barat. Dua Belas jam saya dan teman berkendara mobil untuk sampai ke kota ini yang terkenal dengan perahu mandarnya.
Tiba di Kota Mamuju,
kami tidak langsung mencari hotel, namun menyempatkan berkeliling melihat
suasana kota. Lumayan sudah sedikit ramai dibandingkan beberapa tahun lalu saya ke tempat ini. Kendaraan mulai ramai, beberapa gedung-gedung bertingkat sudah mulai
ada dan beberapa sementara pengerjaan. Anjugan
pantainya juga sudah ada, yang saya perhatikan mirip-mirip dengan anjungan pantai Losari Makassar. Setalah puas berkeliling, kami mencari penginapan untuk nginap selama tiga hari. Selama di Mamuju kami akan ditemani oleh Ucha.
Kota Mamuju nampak dari jauh |
Hari kedua di Mamuju, kami melakukan penyelaman malam di depan anjungan pantai Makarrama Mamuju yang
jaraknya hanya kisaran tiga ratus meter
dari rumah Ucha. Hanya penasaran saja dengan cerita si Ucha yang katanya terumbu karanya masih bagus dan air lautnya
jernih.
Tepat pukul 19.30 wita, kami bergegas kepinggir pantai tepat dibelakang sebuah bangunan
yang belum selesai. kata ucha “bangunan
ini nantinya akan dijadikan pusat
perbelanjaan”. Disamping mall ini,
terdapat jejeran pedagang kaki lima yang
menjajakan makanan dan minuman, sekaligus tempat untuk karaoke, sehingga suasana terasa
riuh dengan suara musik dangdut yang saling besahut-sahutan. Pada malam itu, yang menyelam hanya empat orang termasuk saya
sedangkan yang lainnya menunggu kami bibir pantai yang telah di tanggul.
Tujuan kami menyelam saat itu berbeda-berbeda. Saya menyelam untuk motret biota makro,
sedangkan ketiga teman saya untuk menembak ikan.
Beberapa Jenis Biota yang dijumpai saat menyelam malam |
Dermaga Pulau Karampuang |
Pinggir pantai Pulau Karampuang |
Pagi yang cerah di hari terakhir di Mamuju, saya dan teman langsung kedermaga Pelelangan Ikan (TPI) lokasi kami nantinya berangkat menuju palau Karampuang. Setelah semua pada berkumpul, kami segera bergegas menuju pulau tersebut yang ditempuh 15 menit mengunakan speed boat bermesin 200 PK. Dalam perjalanan, saya memperhatikan pulau dengan luas 6,37 km persegi ini berupa perbukitan dan terbentuk dari bebatuan kapur. Hampir semua pantainya dikelilingi tebing-tebing batu karang yang
tinggi. Hanya sesekali diapit oleh tumbuhan bakau di pesisirnya. Hampir tidak dijumapi tanah datar. Pulau ini mempunyai dermaga sangat bagus dan tertata rapi dengan panjang kisaran 300 meter yang menjorok sampai ke laut yang dalam. Dermaga ini sengaja di bangun untuk peruntukan
pariwisata sehingga tidak ada kapal-kapal yang sandar di dermaga ini.
Pengunjung |
Jalan yang sudah di beton |
Semakin
penasaran, saya masuk lebih jauh kedalam pulau. Saya jumpai
diberapa tempat terdapat beberapa
jejeran gazobo dan beberapa bangunan yang di peruntukan untuk wisatawan namun
kondisinya sedikit tidak terawat dan telah dimakan usia. Kondisi jalanan sudah di rabat beton sehingga memudahkan untuk
mengeliligi sebahagian pulau yang
sangat luas ini. Tidak ada rumah-rumah penduduk di sekitaran tempat ini. Perkampungan penduduk terletak di sebelah utara mengarah
kebarat pulau. Menurut salah seorang
warga yang saya jumpai, jika mau kepemukiman penduduk
bisa mengunakan ojek motor yang di sewakan. Beberapa warga sedang menjajakan dagangnya ke
pengunjung yang waktu itu sangat ramai
karena hari libur. Terdapat pantai berpasir putih namun panjangnya hanya kisaran 50 meter. Mungkin hanya ini
satu-satunya pantai di pulau ini, yang menjadi tempat beberapa warga pulau untuk menjual makanan dan
menyewakan "bale-bale" ke pengunjung.
Underwater Pulau Karampuang |
Setelah
berkeliling pulau, saya kembali ke dermaga untuk siap-siap melakukan penyelaman.
Setalah semua alat terpasang, kami langsung turun menyelam yang entrinya langsung dari
dermaga. Jernihnya air laut dan relatif tidak berarus sehingga kami sangat menikmati penyelaman. Pada saat menyelam, saya melihat hiu jenis white tip, gerombolan ikan kakatua, dan beragan jneis ikan
karang dan pelagis. Kondi terumbu karang pun masih sangat baik dan jenisnya bervaritif. Tipe kontur dasar perairan berupa tebing-tebing karang
yang langsung di batasi oleh laut dalam. Waktu kami yang terbatas sehingga saat itu
kami hanya bisa menyelam tiga kali dititik penyelaman yang sama kemudian balik
lagi ke Kota Mamuju.
Sesampainya di rumah Ucha, saya menyempatkan untuk
berjalan-jalan ke anjugan pantai Manakarra untuk melihat terbenamya matahari. Namun saya
kurang beruntung hari itu karena cuaca lagi mendung.
Setelah semua urusan selesai, saya bersama teman pada malam harinya langsung balik lagi ke Makassar.
Nekss… saya akan kembali lagi
mengeksplor keindahan bawah laut pesisir kabupaten mamuju dan pulau karampuang
terutama.